Jumat, 22 Agustus 2008

PEMILU, YUUK MILIH...

PEMILU 2009, SIAPA AKAN MENANG?

Perlu kita bertanya pada para calon Government Officer, apa yang akan mereka lakukan setelah mampu memenangi pemilu 2009 nanti? Tetap mempertahankan kelihaian KPK sekarang, meningkatkan dana Pendidikan pada RAPBN, memberikan hukuman mati bagi para koruptor, meningkatkan lagi PDB dengan tingkat inflasi yang tinggi pula, atau apa lagi?

Akankah rakyat yang selama 10 tahun menanti perbaikan keadaan akan memperoleh apa yang diharap? Sebenarnya saya sebagai penulis ingin mengusulkan bagi para pejabat nantinya, agar mereka menyerahkan 50-60% gaji mereka demi kemakmuran rakyat. Saya ingin agar para wakil rakyat untuk menjadi sederhana, tidak bermewah-mewah dengan adanya kondisi rakyat sekarang.

Telah sepuluh tahun rakyat menanti, tetapi usaha pemerintah tidak pernah menghasilkan kebaikan bagi rakyat. Setiap kali berganti pemimpin ganti pula programnya, ganti pula cara pengelolaan programnya, lalu kapan negara ini bisa menjadi lebih maju jika semua menginginkan untuk menyetir bangsa ini sesuai ideologi masing-masing individu yang didukunga parpolnya?

Seandainya tidak ada rasa gengsi pada diri pemerintah, siapa pun yang terpilih nantinya mungkin roda pemerintah akan berjalan dengan baik. Yang baik dari pemerintahan sebelum diteruskan, yang dirasai kurang baik disempurnakan agar jadilah baik, yang belum terpikirkan tambahkanlah agar tidak tertinggal dan menjadi ancaman baru bagi pemerintahan yang terpilih.

Jika semua pihak ini mau bersinergi, toh semua cita-cita rakyat kita akan tercapai. Namun sayang, yang menjadi keprihatinan saya adalah demokrasi yang diagungkan itu adalah sumber perpecahan. Mengapa demikian? Demokrasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan adalah ajang mengungkapkan pendapat atas nama rakayat, demi rakyat, tetapi buktinya? Mereka, rakyat yang masuk dalam parpol yang berharap cita-citanya bisa diresapkan para pejabat yang berasal dari parpol yang sama ternyata hanya disetir untuk mendukung kepentingan segolongan pihak yang haus akan kuasa, yang mengatasnamakan rakyat bawah demi memuluskan jalan menuju kekuasaan. Betapa menjijikan!

Oleh sebab itu jangan kaget jika Pemilu tahun 2009 nanti akan banyak bermunculan GOLPUT, yah, karena asal muasal di ataslah yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan rakyat pada parpol yang banyak jumlahnya dan semua membawa nama RAKYAT.

PEMILU DAN RAKYAT

MENANG PEMILU, MENANG UNTUK BAYAR HUTANG

Kasihan... saya hanya bisa sampaikan kasihan, turut berduka cita bagi rakyat dan saya sendiri sebagai rakyat. Para wakil rakyat yang nyaleg itu tidak bersungguh membela kita, rakyat. ”Ayo, pilih kami”, ”Coblos, No.2”, ”Hidup adalah perbuatan.......”, adalah kata-kata yang kita ingat disampaikan oleh para calon Kepala Daerah, dan seorang Ketua Umum Parpol yang bendera parpolnya berwarna biru, bayangkan berapa rupiah yang mereka keluarkan untuk berkampanye di televisi, di koran-koran nasional? Puluhan hingga ratusan juta rupiah!

Sungguh kaya mereka para calon pemimpin bangsa ini, tapi darimana dananya, ya dari masing-masing individu dan uang parpol, inilah sumber kata kasihan yang saya ucapkan bagi saya dan rakyat. Mengapa? Karena setelah mereka nantinya benar-benar memenangi Pemilu ataupun Pilkada yang pertama mereka lakukan ialah mengembalikan dana kampanye. Kocek mereka yang sudah kering untuk berkampanye harus diisi ulang, parpol yang habis-habisan mendukung butuh suntikan dana untuk menjalankan dan menghidupkan lagi parpolnya.

Lalu darimana uangnya untuk mengembalikan dana kampanye? Ya, uangnya berasal dari gaji mereka yang diterimakan per bulannya. Maka tidak heran jika para anggota legislatif itu minta uang terus, parpol yang mendukungnya nun jauh disana yang tersebar di seluruh pelosok negri ini butuh dana untuk hidup juga. Seolah parpol itu berkata, ”Hey, kalau sudah diatas ingat kita-kita yang dibawah, yang menjadikan kamu kaya raya, jangan dimakan sendirlah!!” mungkin demikian seruan parpol.

Parpol-parpol itu berusaha meng-gol-kan calonnya ya biar mereka bisa betahan hidup, mereka punya kepentingan mereka sendiri, kepentingan rakyat hanyalah kamuflase. Jaman sekarang ini, apa yang gratis? Tidak ada. Maka rakyat jangan terlalu bayak berharap pada parpol. Hutang kampanye adalah yang utama bagi mereka, bagi kita yang utama adalah kasihaaan.............

IKLAN GUDANG GARAM DI HARI KEMERDEKAAN

IKLAN GUDANG GARAM

MERDEKA DAN NURANI

Sebuah iklan yang begitu menggugah, yang dipersembahkan oleh Gudang Garam bagi negri Indonesia tercinta ini seharusnya mengetuk hati kita. Iklan di hari kemerdekaan RI yang ke-63 ini kalau kita amati merupakan sebuah sindiran tajam bagi kita warga Indonesia yang beradat Timur, yang beretika dan memegang teguh penghargaan terhadap diri orang lain. Sejak dahulu, secara turun temurun ada pewarisan budaya untuk tolong menolong dengan ikhlas hati dan adanya jiwa untuk menghargai orang lain.

Memang budaya yang demikian kental dimiliki penduduk Indonesia menjadikan ciri bangsa ini sebagai bangsa yang ramah, dan mungkin inilah yang selalu menjadikan bangsa kita bangsa yang selalu kalah dalam persaingan dunia. Bangsa ini pernah terjajah lebih dari 350 tahun, dengan dua bangsa penjajah yaitu Belanda dan Jepang.

Dahulu memang bangsa ini adalah bangsa budak, yang dianggap tidak berkutik di hadapan lawan, meski banyak perlawanan di berbagai wilayah nusantara ketika itu. Rakyat bersatu menumpas lawan yang ingin mengambil hak hidup mereka di negri nan kaya raya hasil bumi ini. Saling bahu membahu menjaga lestarinya kehidupan mereka dan kita anak cucunya.

Demikianlah rasanya yang ingin ditonjolkan dalam iklan Kemerdekaan Gudang Garam tersebut, ingin kembali mengingatkan pada kita anak cucu bangsa kaya yang selalu tunduk pada kekuasaan, hingga kita kini sudah melupakan kaidah dasar hidup kita sebagai orang Timur yang memiliki hati nurani. Banyak tindakan kita yang seperti penjajah, seperti contoh adalah kasus korupsi, dimana seharusnya para koruptor memiliki nurani dan memegang tanggung jawab untuk menolong rakyat yang menederita, tetapi toh mereka merampas yang jadi milik rakyat, dan menyangkal diri bahwa tindakan mereka adalah semata-mata hak yang memang harus diterima atas kinerja mereka untuk memperjuangkan masalah satu pihak yang memiliki kepentingan untuk merugikan bangsa ini.

Dengan iklan itu kita diingatkan kembali untuk mencari serpihan hati nurani yang mendorong kita untuk berempati, saling tolong menolong dengan sesama, tanpa memandang perbedaan yang melekat dalam diri mereka, asalkan kita ikhlas untuk memberi maka begitu besar nantinya yang akan kita terima, entah di jagad ini maupun di lain tempat yang menyimpan segala keindahan Ilahi.

MERDEKA bukan berarti bisa berbuat yang melukai orang lain, merampas yang bukan hak kita, dan mempertajam berbagai perbedaan. MERDEKA adalah bagaimana kita kembali pada hati nurani yang benar, carilah dengan renungan.