Pelanggaran Etika Humas Adam Air di Juanda Surabaya
Kasus
Peristiwa retaknya badan pesawat Adam Air 737-300 dengan nomor penerbangan KI-172 yang mengangkut 148 penumpang terjadi pada hari Rabu sore (21/ 2/ 07), di Bandara Juanda, Surabaya. Badan pesawat yang mengalami retak di bagian belakang sayap ini mendarat secara mendadak di Bandara Juanda di hanggar Merpati.
Yang menjadi masalah ialah pihak manajemen Adam Air langsung memerintahkan untuk mengecat seluruh tubuh pesawat dari warna orange menjadi warna putih, dan retakan di belakang sayap pesawat tersebut ditutup dengan kain putih. Gambar ini sudah disebarkan melalui media, khususnya di televisi yang menunjukkan dengan jelas retakan di tubuh Adam Air dan diperlihatkan dengan jelas pihak Adam Air mengecat seluruh tubuh Adam Air menjadi putih. Sedangkan Humas Adam Air distrik Surabaya Natalia Budiharjo menyatakan bahwa tidak benar pesawat Adam Air 737-300 dengan nomor penerbangan KI-172 ini mengalami retakan di tubuhnya dan menolak untuk mengomentari perihal pengecatan.
Tindakan pengecatan yang dilakukan manajemen Adam Air ini telah melanggar Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, yaitu pasal 34 ayat 2:
“siapa pun dilarang merusak, menghilangkan bukti-bukti, mengubah letak pesawat udara, mengambil bagian-bagian pesawat atau barang lainnya yang tersisa akibat kecelakaan, sebelum dilakukan penelitian terhadap penyebab kecelakaan itu. Ancaman hukuman bagi pelanggarnya adalah enam bulan kurungan serta denda Rp 18 juta. “ (www.tempo.com)
Tindakan Adam Air ini pun melanggar peraturan dari PT. Angkasa Pura yang melarang pemilik pesawat apapun yang mengalami kecelakaan di Juanda untuk menyentuhnya sebelum diselidiki oleh KNKT. Pelanggaran berikutnya adalah statement Humas Adam Air Distrik Surabaya yang menyatakan bahwa pesawat Adam Air tidak mengalami keretakan pada tubuhnya, sedangkan liputan media membuktikan dengan jelas adanya retakan di tubuh Adam Air KI-172, hal ini diperkuat dengan pernyataan Wiryatno sebagai Airport Duty Manager Bandara Internasional Juanda, menurutnya pesawat Adam Air KI-172 dalam keadaan retak di bagian belakang sayap.
Pelanggaran yang dilakukan Humas Adam Air
Dari kasus di atas maka pelanggaran yang dilakukan Humas Adam Air berkaitan dengan Etika PR ialah memberikan statement yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan kepada media dan publik, atau boleh dikatakan sebagai pembohongan publik. Kasus ini melanggar Etika Public Realtions PERHUMAS dan APPRI.
PERHUMAS
Pelanggaran dalam kasus diatas tidak sesuai dengan pasal III Perilaku Tehadap Masyarakat dan Media Massa, butir c dan d, yaitu:
c. tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan.
d. Senantiasa membantu menyebarluaskan informasi maupun pengumpulan pendapat untuk kepentingan Indonesia.
APPRI
Pemberian informasi palsu oleh Humas Adam Air distrik Surabaya melanggar pasal 2 tentang Penyebarluasan Informasi:
“ seorang anggota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan tidak sengaja dan tidak bertanggung jawab, informasi yang palsu atau menyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk menjaga integritas dan ketepatan informasi.”
Pernyataan dari Humas Adam Air meski bertujuan untuk meningkatkan citra Adam Air yang beberapa kali mengalami kecelakaan sebelum peristiwa retak tubuh Boeing 737-300 KI-172, namun justru menguatkan opini publik bahwa Adam Air memiliki manajemen kerja yang buruk. Nama Humas Adam Air sendiri pun akhirnya menjadi buruk dengan kata lain menodai profesi Humas dan citra Adam air di mata masyarakat semakin merosot, dan hal ini dapat berpengaruh pada kinerja Adam air sendiri.
Berikut sebuah opini masyarakat yang ditulis dalam sebuah blog berkaitan dengan profesi PR yang ternodai akibat adanya pernyataan Humas Adam Air menegani keretakan tubuh pesawat KI-172 dan memberi kesan bahwa kegiatan Humas atau PR adalah kegiatan berbohong pada publik:
“ Tidak ada yang penting atau urgen untuk disampaikan, cuma kegatelan saya saja yang ingin saya tuliskan. Rabu malam (21/2) di headline news metro tv disiarkan adam air yang hard landing [apa pula maksudnya ini] di bandara Juanda Surabaya. Dari gambar yang ditayangkan terlihat badan pesawat yang melengkung [saya belum melihat retakan], namun karena warna dari pesawat yang dibuat melengkung saya mengira itu hanya ilusi optik mata saya saja. Tak berapa lama humas dari adam air regional surabaya [atau apalah] memberikan pernyataan di depan wartawan [metro tv]. Mbak itu berkata, "Logikanya, kalo pesawat melengkung atau retak masak bisa ditarik hingga hanggar, lha ini buktinya pesawat sudah ditarik ke hanggar!" . Malam itu saya setuju bahwa pesawat tersebut tidak retak atau melengkung. Esoknya (22/2) , semua koran yang saya baca [koran tempo, media indonesia] menampilkan foto pesawat yang retak dan melengkung. Well, that's what PR do.”
( http://blogiway.blogspot.com/2007/02/mbak-humas.html)
Sumber penulisan:
http://mohammadihsan.multiply.com/journal/item/32. Diakses 6 Desember 2008.
http://www.indroo.net/index.php/2007/02/manajemen-adam-air-bantah-body-pesawat-retak/. Diakses 6 Desember 2008.
http://blog.tempointeraktif.com/?p=55. Diakses 6 desember 2008.
http://www.bluefame.com/lofiversion/index.php/t26946.html. Diakses 6 Desember 2008.
http://www.surya.co.id/web/Umum-Politik/Body-Pesawat-Dicat-Putih.html. Diakses 6 Desember 2008.
http://blogiway.blogspot.com/2007/02/mbak-humas.html. Diakses 6 Desember 2008.
Senin, 08 Desember 2008
Mengajak anak Bangsa Untuk Sumpah Pemuda
PERINGATAN 80 TAHUN SUMPAH PEMUDA
Rome wasn’t built in a day, Roma tidak dibangun dalam sehari.
Artinya bahwa sebuah hasil yang gemilang tidak diraih dengan dengan cara mudah tetapi membutuhkan usaha besar.
Hari ini tanggal 28 Oktober 2008, kita bangsa Indonesia sepatutnya berbangga memperingati hari Sumpah Pemuda. Delapan puluh tahun yang lalu, tanggal 28 Oktober 1928 generasi muda bangsa ini telah berikrar untuk bersatu bangsa, bahasa, dan tumpah darah Indonesia. Inilah tonggak sejarah awal munculnya perjuangan merebut kemerdekaan dibawah persatuan pemuda nusantara, hingga melahirkan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Perjuangan panjang para pemuda Indonesia yang berhasil menghidupkan nama Indonesia di mata dunia, sebagai bangsa yang kuat dan sebagai bangsa yang tidak ingin dijajah.
Seperti pepatah tadi mengatakan Rome wasn’t built in a day, demikian juga Indonesia yang tidak dapat dibangun hanya dalam sehari, Indonesia yang bersatu sebagai bangsa, sebagai Negara diraih dengan keringat, darah, dan dengan usaha yang besar oleh para pejuang kemerdekaan, dan hingga kinipun Indonesia masih tetap membangun kekuatan yang merangkul segala lapisan dan golongan.
Adalah tugas kita kini sebagai pemuda bangsa untuk melanjutkan cita-cita para pejuang kemerdekaan yang telah bersusah payah merebut kemerdekaan demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa kita, Indonesia. Tugas kita semakin berat, tantangan globalisasi dan munculnya benih-benih primordialisme dalam Negara ini pun akan membutuhkan ikrar kesatuan untuk menghadapinya bersama. Janganlah kiranya membiarkan budaya-budaya baru yang masuk ke negeri ini menjadi penghalang untuk bersatu, jangan sampai mengikis kekayaan budaya yang kita miliki.
Saat ini kita sedang berjuang untuk meraih kembali nasionalisme yang memudar diantara sesama bangsa, permasalahan yang kita hadapi di lingkup nasional baru-baru ini ialah semakin menguatnya politik aliran atau ideologi, yang berusaha memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa ini. Pupuklah rasa cinta tanah air yang besar, hindarkan permusuhan antar golongan, baik itu suku, ras maupun agama. Bersikaplah jujur dan adil pada sesame, bangunlah pola pikir yang baru, mulailah berpikir untuk membangun cita-cita bangsa ini yang tertuang dalam alinea keempat UUD 1945. Nasionalisme dan persatuan antar suku, ras, agama dan golongan akan mempercepat laju pertumbuhan bangsa ini dan akan membawa bangsa ini pada kesejahteraan yang dicita-citakan.
Jika kita melihat ke sekeliling kita saat ini, kemiskinan bertambah, kebijakan ekonomi pemerintah yang tidak mendukung rakyat dan tidak berusaha meningkatkan ekonomi rakyat yang merupakan perwujudan rasa cinta tanah air yang rendah, permasalahan korupsi yang dilakukan pejabat-pejabat negeri ini, adanya usaha-usaha untuk mengganti ideologi Pancasila baru-baru ini, hukum yang tidak konsisten, jajaran pemerintahan yang terkesan individualis adalah cerminan pudarnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Yang kita butuhkan saat ini ialah generasi muda yang cerdas, sehat, kritis, berpikir positif, jujur, berjiwa ksatria, kreatif, setia pada janji dan siap menghadapi berbagai permasalahan yang akan mengahadang di tanah air Indonesia ini.
Pemuda adalah harapan bangsa ini, pemuda adalah bagian dari negeri ini yang selalu dinantikan rakyat sebagai pengubah, sebagai langkah menuju masa depan. Dengan belajar dari sekeliling kita, kita menjadi tahu bahwa permasalahan bangsa saat ini sangat kritis, dibutuhkan ide-ide segar yang dapat membawa bangsa ini dari kekelaman. Nilai-nilai dasar bangsa Pancasila adalah pedoman kita untuk menjadi pemuda baru yang bersatu, berpikir jauh ke depan demi kemajuan bangsa dan Negara ini. Negeri ini menanti kita para pemuda untuk membawa kembali kejayaan nusantara di mata internasional.
Maka marilah kita mulai dari saat ini, bangun dan melangkah dengan hati yang bersih, jujur dan berani untuk bersama-sama menghadapi tantangan jaman dengan semangat Sumpah Pemuda dan jiwa nasionalisme yang digelorakan sejak 80 tahun yang lalu. Jadilah man of his word, orang yang setia pada janji dan ucapannya! Kejujuran dan kesetiaan adalah hal utama yang akan membawa bangsa ini ke arah kemajuan nyata, akan menjadi lebih penting jika pemuda kini tidak hanya banyak bicara melainkan menghasilkan hal yang nyata dan nilai lebih dari sebuah tindakan.
Sekali lagi kesuksesan bangsa ini tidak dapat diraih hanya dalam sehari tetapi butuh usaha keras dan perjuangan untuk mewujudkannya!
Rome wasn’t built in a day, Roma tidak dibangun dalam sehari.
Artinya bahwa sebuah hasil yang gemilang tidak diraih dengan dengan cara mudah tetapi membutuhkan usaha besar.
Hari ini tanggal 28 Oktober 2008, kita bangsa Indonesia sepatutnya berbangga memperingati hari Sumpah Pemuda. Delapan puluh tahun yang lalu, tanggal 28 Oktober 1928 generasi muda bangsa ini telah berikrar untuk bersatu bangsa, bahasa, dan tumpah darah Indonesia. Inilah tonggak sejarah awal munculnya perjuangan merebut kemerdekaan dibawah persatuan pemuda nusantara, hingga melahirkan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Perjuangan panjang para pemuda Indonesia yang berhasil menghidupkan nama Indonesia di mata dunia, sebagai bangsa yang kuat dan sebagai bangsa yang tidak ingin dijajah.
Seperti pepatah tadi mengatakan Rome wasn’t built in a day, demikian juga Indonesia yang tidak dapat dibangun hanya dalam sehari, Indonesia yang bersatu sebagai bangsa, sebagai Negara diraih dengan keringat, darah, dan dengan usaha yang besar oleh para pejuang kemerdekaan, dan hingga kinipun Indonesia masih tetap membangun kekuatan yang merangkul segala lapisan dan golongan.
Adalah tugas kita kini sebagai pemuda bangsa untuk melanjutkan cita-cita para pejuang kemerdekaan yang telah bersusah payah merebut kemerdekaan demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa kita, Indonesia. Tugas kita semakin berat, tantangan globalisasi dan munculnya benih-benih primordialisme dalam Negara ini pun akan membutuhkan ikrar kesatuan untuk menghadapinya bersama. Janganlah kiranya membiarkan budaya-budaya baru yang masuk ke negeri ini menjadi penghalang untuk bersatu, jangan sampai mengikis kekayaan budaya yang kita miliki.
Saat ini kita sedang berjuang untuk meraih kembali nasionalisme yang memudar diantara sesama bangsa, permasalahan yang kita hadapi di lingkup nasional baru-baru ini ialah semakin menguatnya politik aliran atau ideologi, yang berusaha memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa ini. Pupuklah rasa cinta tanah air yang besar, hindarkan permusuhan antar golongan, baik itu suku, ras maupun agama. Bersikaplah jujur dan adil pada sesame, bangunlah pola pikir yang baru, mulailah berpikir untuk membangun cita-cita bangsa ini yang tertuang dalam alinea keempat UUD 1945. Nasionalisme dan persatuan antar suku, ras, agama dan golongan akan mempercepat laju pertumbuhan bangsa ini dan akan membawa bangsa ini pada kesejahteraan yang dicita-citakan.
Jika kita melihat ke sekeliling kita saat ini, kemiskinan bertambah, kebijakan ekonomi pemerintah yang tidak mendukung rakyat dan tidak berusaha meningkatkan ekonomi rakyat yang merupakan perwujudan rasa cinta tanah air yang rendah, permasalahan korupsi yang dilakukan pejabat-pejabat negeri ini, adanya usaha-usaha untuk mengganti ideologi Pancasila baru-baru ini, hukum yang tidak konsisten, jajaran pemerintahan yang terkesan individualis adalah cerminan pudarnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Yang kita butuhkan saat ini ialah generasi muda yang cerdas, sehat, kritis, berpikir positif, jujur, berjiwa ksatria, kreatif, setia pada janji dan siap menghadapi berbagai permasalahan yang akan mengahadang di tanah air Indonesia ini.
Pemuda adalah harapan bangsa ini, pemuda adalah bagian dari negeri ini yang selalu dinantikan rakyat sebagai pengubah, sebagai langkah menuju masa depan. Dengan belajar dari sekeliling kita, kita menjadi tahu bahwa permasalahan bangsa saat ini sangat kritis, dibutuhkan ide-ide segar yang dapat membawa bangsa ini dari kekelaman. Nilai-nilai dasar bangsa Pancasila adalah pedoman kita untuk menjadi pemuda baru yang bersatu, berpikir jauh ke depan demi kemajuan bangsa dan Negara ini. Negeri ini menanti kita para pemuda untuk membawa kembali kejayaan nusantara di mata internasional.
Maka marilah kita mulai dari saat ini, bangun dan melangkah dengan hati yang bersih, jujur dan berani untuk bersama-sama menghadapi tantangan jaman dengan semangat Sumpah Pemuda dan jiwa nasionalisme yang digelorakan sejak 80 tahun yang lalu. Jadilah man of his word, orang yang setia pada janji dan ucapannya! Kejujuran dan kesetiaan adalah hal utama yang akan membawa bangsa ini ke arah kemajuan nyata, akan menjadi lebih penting jika pemuda kini tidak hanya banyak bicara melainkan menghasilkan hal yang nyata dan nilai lebih dari sebuah tindakan.
Sekali lagi kesuksesan bangsa ini tidak dapat diraih hanya dalam sehari tetapi butuh usaha keras dan perjuangan untuk mewujudkannya!
Memilih tidak Memilih
MEMILIH TIDAK MEMILIH
Di Amerika Serikat semua warga antusias berpartisipasi dalam Pilpres 4 November 2008 lalu, artinya bahwa seluruh warga Amerika Serikat mendukung adanya perubahaan di Amerika, menggantungkan harapan pada presiden baru pilihan mereka yang berjanji dapat membawa mereka pada lembar baru kehidupan yang damai sejahtera. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia, sejarah telah memilih pemimpin muda Amerika, Barrack Husein Obama dengan janji perubahan bagi Amerika, bagaimana dengan Indonesia yang pemimpinnya juga selalu menjanjikan perubahan?
Pemilihan Presiden di awal tahun 2009 nanti menjadi seperti tidak penting bagi sebagian masyarakat, tetapi menjadi hal yang sangat penting bagi 44 partai yang akan ikut meramaikan Pemilu tahun depan. Kepentingan partai politik untuk mencari kekuasaan di negeri ini seperti sebuah kompetisi yang rutin diikuti tiap 4 tahun sekali.
Berbagai media massa digunakan partai-partai politik untuk beriklan, untuk membangun image partainya, membangun kesadaran (awareness) masyarakat bahwa partai tersebut ada untuk rakyat, mempersuasi masyarakat untuk memilih pada Pilpres 2009 dengan janji yang indah-indah, menyentuh dan membangun kesan peduli pada rakyat.
Itulah partai-partai di Indonesia, membuang banyak rupiah untuk menanamkan citra partai ke dalam benak masyarakat Indonesia, seperti iklan produk yang baru diluncurkan ke pasaran. Strategi politik melalui iklan partai di berbagai media bukannya berefek positif pada tingkat afeksi masyarakat, justru menimbulkan tanda tanya bagi banyak orang karena biaya untuk beriklan saja mahal bagaimana partai-partai tersebut akan mensejahterakan rakyatnya? Partai dapat terus hidup karena salah satu cara melalui suntikan dana dari para anggotanya yang sudah lebih dulu duduk di lembaga legislatif, dan mungkin saja di jajaran pemerintahan sendiri.
Di era ini teknologi sudah maju, media memberitakan segala informasi bagi masyarakat yang haus akan pengetahuan, masyarakat sudah semakin cerdas dan kritis, tidak bisa dibohongi lagi, sudah dapat mebedakan mana yang baik dan yang buruk. Kualitas partai dengan janji-janjinya di media sudah tidak menarik hati rakyat, yang penting bagi rakyat ialah hasil dari kerja mereka nantinya, apakah sungguh memikirkan rakyat atau hanya memikirkan kepentingan pribadi dan bahkan untuk tetap menjalankan roda kehidupan partainya saja. Kepercayaan adalah hal utama yang harus dibangun partai-partai politik untuk membangun negara secara sinergis, caranya adalah dengan melakukan tindakan-tindakan nyata semata-mata untuk kepentingan rakyat.
Hal inilah yang kemudian menjadi dasar munculnya golongan putih (golput). Rakyat yang kehilangan kepercayaan dan menganggap partai-partai politik dan anggotanya hanya mengatasnamakan kepentingan rakyat tetapi tidak melakukan tindakan yang dapat mensejahterakan rakyat memilih untuk tidak memilih salah satu partai pada Pilpres 2009 nanti. Rakyat menganggap jumlah partai yang mencapai 44 itu adalah lambang keegoisan beberapa kelompok kepentingan, bukanlah lambang demokrasi bangsa ini.
Rakyat yang semakin kritis dan mulai paham peta politik Indoesia dan memanfaatkan pemilu 2009 sebagai ajang protes atas ketidakadilan yang selama ini diterima, yaitu kebijakan yang tidak pro rakyat, mulai munculnya benih primordialisme di dalam bangsa Indonesia, terbongkarnya kasus-kasus korupsi yang ternyata justru banyak dilakukan oleh elit politik, kalah dalam Pilkada membuat kekacauan dan meresahkan masyarakat. Bagi rakyat pilihan menjadi golput diyakini adalah yang terbaik, namun apabila banyak golput pada Pilpres 2009 maka Pilpres menjadi tidak legitimatif, dan negara ini tidak akan berjalan dengan baik.
Fenomena ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah dan partai politik. Partai-partai politik diharapkan dapat menjadikan isi alinea keempat dalam UUD 1945 sebagai pedoman dalam menjalankan tugas kepartaiannya. Partai politik sebagai jembatan komunikasi rakyat dengan pemerintah juga perlu mengubah pola pikir partai poltik dan seluruh anggotanya bahwa menjadi wakil rakyat adalah tugas mulia dan bukan menjadi ajang untuk memperkaya diri dari sisi materi.
Alangkah baiknya apabila negri ini dapat mengambil contoh Pemilu Amerika yang berjalan beberapa waktu lalu, ada banyak pelajaran yang dapat dijadikan acuan hidup bernegara bahwa berjuang bagi bangsanya adalah yang utama, kekalahan bukanlah menjadi tonggak lahirnya egoisme dan apatisme, kekalahan harus diakui dan diterima dengan lapang dada. Apabila para pemimpin dan para anggota parpol dapat berlaku demikan, niscaya rakyat tidak akan menjadi golput melainkan akan mendukung pemerintah dan partai politik untuk bersatu membangun negara ini.
Sejarah baru Amerika terjadi 4 November lalu dengan jumlah pemilih terbanyak dibanding pemilu-pemilu sebelumnya, apakah Indonesia juga akan membuat sejarah baru dengan jumlah golput terbanyak di Pemilu 2009?
Ditulis oleh:
Maria Endah Perwitasari
Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP UPN ”Veteran” Yogyakarta
Di Amerika Serikat semua warga antusias berpartisipasi dalam Pilpres 4 November 2008 lalu, artinya bahwa seluruh warga Amerika Serikat mendukung adanya perubahaan di Amerika, menggantungkan harapan pada presiden baru pilihan mereka yang berjanji dapat membawa mereka pada lembar baru kehidupan yang damai sejahtera. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia, sejarah telah memilih pemimpin muda Amerika, Barrack Husein Obama dengan janji perubahan bagi Amerika, bagaimana dengan Indonesia yang pemimpinnya juga selalu menjanjikan perubahan?
Pemilihan Presiden di awal tahun 2009 nanti menjadi seperti tidak penting bagi sebagian masyarakat, tetapi menjadi hal yang sangat penting bagi 44 partai yang akan ikut meramaikan Pemilu tahun depan. Kepentingan partai politik untuk mencari kekuasaan di negeri ini seperti sebuah kompetisi yang rutin diikuti tiap 4 tahun sekali.
Berbagai media massa digunakan partai-partai politik untuk beriklan, untuk membangun image partainya, membangun kesadaran (awareness) masyarakat bahwa partai tersebut ada untuk rakyat, mempersuasi masyarakat untuk memilih pada Pilpres 2009 dengan janji yang indah-indah, menyentuh dan membangun kesan peduli pada rakyat.
Itulah partai-partai di Indonesia, membuang banyak rupiah untuk menanamkan citra partai ke dalam benak masyarakat Indonesia, seperti iklan produk yang baru diluncurkan ke pasaran. Strategi politik melalui iklan partai di berbagai media bukannya berefek positif pada tingkat afeksi masyarakat, justru menimbulkan tanda tanya bagi banyak orang karena biaya untuk beriklan saja mahal bagaimana partai-partai tersebut akan mensejahterakan rakyatnya? Partai dapat terus hidup karena salah satu cara melalui suntikan dana dari para anggotanya yang sudah lebih dulu duduk di lembaga legislatif, dan mungkin saja di jajaran pemerintahan sendiri.
Di era ini teknologi sudah maju, media memberitakan segala informasi bagi masyarakat yang haus akan pengetahuan, masyarakat sudah semakin cerdas dan kritis, tidak bisa dibohongi lagi, sudah dapat mebedakan mana yang baik dan yang buruk. Kualitas partai dengan janji-janjinya di media sudah tidak menarik hati rakyat, yang penting bagi rakyat ialah hasil dari kerja mereka nantinya, apakah sungguh memikirkan rakyat atau hanya memikirkan kepentingan pribadi dan bahkan untuk tetap menjalankan roda kehidupan partainya saja. Kepercayaan adalah hal utama yang harus dibangun partai-partai politik untuk membangun negara secara sinergis, caranya adalah dengan melakukan tindakan-tindakan nyata semata-mata untuk kepentingan rakyat.
Hal inilah yang kemudian menjadi dasar munculnya golongan putih (golput). Rakyat yang kehilangan kepercayaan dan menganggap partai-partai politik dan anggotanya hanya mengatasnamakan kepentingan rakyat tetapi tidak melakukan tindakan yang dapat mensejahterakan rakyat memilih untuk tidak memilih salah satu partai pada Pilpres 2009 nanti. Rakyat menganggap jumlah partai yang mencapai 44 itu adalah lambang keegoisan beberapa kelompok kepentingan, bukanlah lambang demokrasi bangsa ini.
Rakyat yang semakin kritis dan mulai paham peta politik Indoesia dan memanfaatkan pemilu 2009 sebagai ajang protes atas ketidakadilan yang selama ini diterima, yaitu kebijakan yang tidak pro rakyat, mulai munculnya benih primordialisme di dalam bangsa Indonesia, terbongkarnya kasus-kasus korupsi yang ternyata justru banyak dilakukan oleh elit politik, kalah dalam Pilkada membuat kekacauan dan meresahkan masyarakat. Bagi rakyat pilihan menjadi golput diyakini adalah yang terbaik, namun apabila banyak golput pada Pilpres 2009 maka Pilpres menjadi tidak legitimatif, dan negara ini tidak akan berjalan dengan baik.
Fenomena ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah dan partai politik. Partai-partai politik diharapkan dapat menjadikan isi alinea keempat dalam UUD 1945 sebagai pedoman dalam menjalankan tugas kepartaiannya. Partai politik sebagai jembatan komunikasi rakyat dengan pemerintah juga perlu mengubah pola pikir partai poltik dan seluruh anggotanya bahwa menjadi wakil rakyat adalah tugas mulia dan bukan menjadi ajang untuk memperkaya diri dari sisi materi.
Alangkah baiknya apabila negri ini dapat mengambil contoh Pemilu Amerika yang berjalan beberapa waktu lalu, ada banyak pelajaran yang dapat dijadikan acuan hidup bernegara bahwa berjuang bagi bangsanya adalah yang utama, kekalahan bukanlah menjadi tonggak lahirnya egoisme dan apatisme, kekalahan harus diakui dan diterima dengan lapang dada. Apabila para pemimpin dan para anggota parpol dapat berlaku demikan, niscaya rakyat tidak akan menjadi golput melainkan akan mendukung pemerintah dan partai politik untuk bersatu membangun negara ini.
Sejarah baru Amerika terjadi 4 November lalu dengan jumlah pemilih terbanyak dibanding pemilu-pemilu sebelumnya, apakah Indonesia juga akan membuat sejarah baru dengan jumlah golput terbanyak di Pemilu 2009?
Ditulis oleh:
Maria Endah Perwitasari
Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP UPN ”Veteran” Yogyakarta
Langganan:
Postingan (Atom)