FENOMENA PARTAI POLITIK DAN RAKYAT YANG BERPOLITIK
Tiga puluh empat partai politik (parpol) sudah “lulus” electoral tershold. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah bangsa ini akan menuju pada perbaikan dengan begitu banyak parpol? Dan apakah ketiga puluh empat parpol tersebut mampu mengusung kehendak rakyat? Mungkinkah semua anggota parpol yang nantinya duduk di parlemen bisa bertindak lebih beradab, dalam arti pasti memiliki kualitas dan moral yang baik? Beranikah mereka bertanggungjawab kepada rakyat?
Pertanyaan ini mngganggu saya sebagai salah satu anggota rakyat kecil yang tidak bisa berbuat banyak jika melihat kenyataan saat ini. Begitu mudah KPK menangkap para anggota DPR yang terlibat kasus suap, dan beberapa anggota DPR yang melakukan free sex, dengan artis maupun dengan sekretaris. Tindakan mereka itu bagi saya adalah tindakan ”Mentang-Mentang”. Mentang-mentang anggota DPR boleh berbuat semaunya, mentang-mentang anggota DPR bisa memperoleh hak atas penghasilan yang lebih, dan bahkan bukan haknya.
Saya sangsi sebagai rakyat yang tidak lagi buta politik, yang sudah tahu intrik-intrik politik parpol, dan pejabat bangsa ini. Seperti seorang istri yang ditnggal selingkuh suaminya, dan saya mengetahui tapi tidak mampu berbuat apa-apa. Begitu sakit, sedih, dan hanya mampu berharap agar hal tersebut segera berakhir. Demikian pula saya, mahasiswi, yang juga nggota bagian rakyat Indonesia, begitu pedih dan sakit melihat pengkhianatan para pejabat atas janjinya kepada rakyat.
Dewan Perwakilan Rakyat, dari kata-kata perwakilan itu saja sudah cukup menjelaskan bagaimana seharusnya fungsi itu dijalankan. Anggota DPR itu dipilih untuk menyambung lidah rakyat, mengemban tugas mulia, membawa rakyat kepada kesejahteraan dan kemakmuran. Tetapi kini, rasa gemas jika melihat tayangan di media yang menguak kasus busuk para anggota dewan.
Tahun ini akan segera berakhir, menjelang tahun 2009. Tahun yang dinanti-nantikan para anggota parpol yang siap bersaing memperebutkan kursi pemerintahan. Tiga puluh empat parpol yang akan dipilih, yang dipercaya rakyat hanya sedikit. Fenomena ini menunjukkan bahwa bangsa ini dipenuhi oleh orang-orang yang egois yang menggotong kepentingannya sendiri, menguasai pemerintah. Awalnya baik pada rakyat, tetapi setelah merengkuh kuasa pemerintahan, begitu saja rakyat akan dilupakan.
Saya rakyat, saya takut kejadian buruk yang menimpa bangsa ini tahun 2008 ini terulang lagi melalui parpol-papol yang lolos seleksi. Saya merasa wajar saja jika timbul perasaan tidak percaya lagi pada parpol apapun janjinya, yah karena saya melihat sendiri bagaimana kerja mereka yang sudah punya posisi di pemerintahan.
Terlanjur disakiti berulang kali, begitu sulit memaafkan tindakan mereka yang sudah mengecewakan ratusan juta jiwa di bangsa ini. Secara tidak langsung, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ini tidak pro rakyat, seolah mereka membunuh rakyat kecil secara perlahan yang menyakitkan, mendera hari-hari mereka dengan siksaan yang begitu berat yang hampir tidak mampu mereka hadapi.
Banyak kasus bunuh diri secara mengerikan yang dilakukan rakyat kecil yang tertekan secara ekonomi. Saya harap bagi parpol yang lolos seleksi, jangan berbangga bisa menjadi salah satu bagian yang akan dipilih rakyat. Tetapi usahakanlah agar rakyat itu bisa hidup sejahtera, saya mahasiswi yang dengan cara damai menuntut keadilan dan kebijakan yang terbaik baik rakyat. Pemerintah Indonesia dengarkanlah kami, dan bagi calon pemegang kekuasaan mendatang wujudkanlah janji yang akan disampaikan nantinya demi rakyat. Begitu mulia tanggungjawab Anda sekalian membawa rakyat dan negri ini pada kemakmuran. Kami rakyat pun terlibat di dalam politik, maka libatkanlah kami.
Tiga puluh empat partai politik (parpol) sudah “lulus” electoral tershold. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah bangsa ini akan menuju pada perbaikan dengan begitu banyak parpol? Dan apakah ketiga puluh empat parpol tersebut mampu mengusung kehendak rakyat? Mungkinkah semua anggota parpol yang nantinya duduk di parlemen bisa bertindak lebih beradab, dalam arti pasti memiliki kualitas dan moral yang baik? Beranikah mereka bertanggungjawab kepada rakyat?
Pertanyaan ini mngganggu saya sebagai salah satu anggota rakyat kecil yang tidak bisa berbuat banyak jika melihat kenyataan saat ini. Begitu mudah KPK menangkap para anggota DPR yang terlibat kasus suap, dan beberapa anggota DPR yang melakukan free sex, dengan artis maupun dengan sekretaris. Tindakan mereka itu bagi saya adalah tindakan ”Mentang-Mentang”. Mentang-mentang anggota DPR boleh berbuat semaunya, mentang-mentang anggota DPR bisa memperoleh hak atas penghasilan yang lebih, dan bahkan bukan haknya.
Saya sangsi sebagai rakyat yang tidak lagi buta politik, yang sudah tahu intrik-intrik politik parpol, dan pejabat bangsa ini. Seperti seorang istri yang ditnggal selingkuh suaminya, dan saya mengetahui tapi tidak mampu berbuat apa-apa. Begitu sakit, sedih, dan hanya mampu berharap agar hal tersebut segera berakhir. Demikian pula saya, mahasiswi, yang juga nggota bagian rakyat Indonesia, begitu pedih dan sakit melihat pengkhianatan para pejabat atas janjinya kepada rakyat.
Dewan Perwakilan Rakyat, dari kata-kata perwakilan itu saja sudah cukup menjelaskan bagaimana seharusnya fungsi itu dijalankan. Anggota DPR itu dipilih untuk menyambung lidah rakyat, mengemban tugas mulia, membawa rakyat kepada kesejahteraan dan kemakmuran. Tetapi kini, rasa gemas jika melihat tayangan di media yang menguak kasus busuk para anggota dewan.
Tahun ini akan segera berakhir, menjelang tahun 2009. Tahun yang dinanti-nantikan para anggota parpol yang siap bersaing memperebutkan kursi pemerintahan. Tiga puluh empat parpol yang akan dipilih, yang dipercaya rakyat hanya sedikit. Fenomena ini menunjukkan bahwa bangsa ini dipenuhi oleh orang-orang yang egois yang menggotong kepentingannya sendiri, menguasai pemerintah. Awalnya baik pada rakyat, tetapi setelah merengkuh kuasa pemerintahan, begitu saja rakyat akan dilupakan.
Saya rakyat, saya takut kejadian buruk yang menimpa bangsa ini tahun 2008 ini terulang lagi melalui parpol-papol yang lolos seleksi. Saya merasa wajar saja jika timbul perasaan tidak percaya lagi pada parpol apapun janjinya, yah karena saya melihat sendiri bagaimana kerja mereka yang sudah punya posisi di pemerintahan.
Terlanjur disakiti berulang kali, begitu sulit memaafkan tindakan mereka yang sudah mengecewakan ratusan juta jiwa di bangsa ini. Secara tidak langsung, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ini tidak pro rakyat, seolah mereka membunuh rakyat kecil secara perlahan yang menyakitkan, mendera hari-hari mereka dengan siksaan yang begitu berat yang hampir tidak mampu mereka hadapi.
Banyak kasus bunuh diri secara mengerikan yang dilakukan rakyat kecil yang tertekan secara ekonomi. Saya harap bagi parpol yang lolos seleksi, jangan berbangga bisa menjadi salah satu bagian yang akan dipilih rakyat. Tetapi usahakanlah agar rakyat itu bisa hidup sejahtera, saya mahasiswi yang dengan cara damai menuntut keadilan dan kebijakan yang terbaik baik rakyat. Pemerintah Indonesia dengarkanlah kami, dan bagi calon pemegang kekuasaan mendatang wujudkanlah janji yang akan disampaikan nantinya demi rakyat. Begitu mulia tanggungjawab Anda sekalian membawa rakyat dan negri ini pada kemakmuran. Kami rakyat pun terlibat di dalam politik, maka libatkanlah kami.