Senin, 14 Juli 2008

TRAGEDI 1 JUNI 2008

Yogyakarta, 19 Juni 2008

MAHASISWA MEMBELA KEBENARAN, JANGAN IKUT ARUS YANG SALAH
Sudah sewajarnya di Indonesia ini selalu mengalami perang, ketika penjajahan Belanda atas Indonesia dimulai kita adalah bangsa yang menderita, ketika datang pula pasukan Jepang kitapun tertindas, ketika partai-partai bermunculan Komunis dihindari dan pengikut Komunis dan PKI dibantai, ketika terjadi penggulingan tahta Orde Baru warga Tionghoa menjadi sasaran kebengisan makhluk pribumi, dan konflik-konflik separatism berkembang, perang saudara atas nama agama merajalela. Ini semua pernah terjadi di Indonesia menjadi bagian hidup bangsa yang sudah merdeka 63 tahun, dan hingga sekarang tidak pernah mampu dihindari.
Apakah benar jiwa-jiwa berkonflik ini adalah warisan penjajah? Dalam ilmu psikologi, manusia memiliki potensi konflik yang besar. Ungkapannya bisa berbentuk kekerasan dalam tindakan ataupun sekedar ucapan. Ketidakpuasan seorang manusia terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi kehendaknya bisa mengakibatkan konflik, dan mungkin bahkan perang.
Perang ini tidak terjadi hanya pada satu orang saja, melainkan dapat terjadi pada banyak orang yang memiliki kepentingan bersama, dan mampu saling mempengaruhi. Teknik yang dapat dilakukan untuk memunculkan konflik adalah propaganda. Propaganda terdiri dari berbagai jenis diantaranya white propaganda, black propaganda, serta grey propaganda. White propaganda adalah propaganda yang menggunakan cara-cara yang baik untuk mempengaruhi atau mempersuasi khalayak, biasanya menggunakan media. Sedangkan black propaganda dilakukan dengan cara-cara kekrasan untuk memperoleh simpati massa, dan propaganda abu-abu atau grey propaganda merupakan propaganda yang plin-plan, cara yang digunakan ibarat ”lempar batu sembunyi tangan”.
Kasus yang begitu hangat dan memprihatinkan bangsa ini adalah kasus kekerasan yang dilakukan oleh ormas yang menggunakan asas agama Islam untuk menghentikan penyebaran agama Islam aliran lain. Sebuah agama adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia untuk memudahkan kita mengimani keberadaan Sang Pencipta Alam Semesta. Semua agama adalah baik, semua agma baik jika para pemeluk agama yang dianut berlaku baik sesuai apa yang diamanahkan dalam Kitab Suci masing-masing agama.
Kitab Suci bisa ditafsirkan berbeda-beda oleh masing-masing pemeluk agama dan tentu kita tidak boleh melarang kebebasan mereka untuk beribadah sesuai apa yang dianutnya. Hal itu dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29, dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian Tuhan itu satu, tetapi agama itu banyak sesuai keinginan manusia untuk mengungkapkan iman. Lalu begitu sulit bagi manusia Indonesia untuk mengartikan butir pertama dari Pancasila tersebut.
Agama menganjurkan bagi tiap umatnya untuk melakukan tindakan mengasihi, menghormati, menyayangi orang lain meskipun berbeda suku, ras, dan bahkan keyakinan. Tetapi agama manapun tidak menghendaki tindakan kekerasan secara sengaja untuk menyakiti dan bahkan memusnahkan orang lain.
Kejadian 1 Juni 2008 di Monas adalah sebuah contok sifat buruk bangsa dengan menggunakan dasar agama untuk bertindak menyerang manusia lain yang sedang berdemonstrasi dalam rangka mengeratkan lagi masyarakat Indonesia yang berbeda-beda, baik keyakinan, keanggotaan partai politik, suku, ras, anggota organisasi massa, rakyat jelata, dan elite. Tujuan mereka adalah baik bahwa di bawah naungan Pancasila ada kebhinekaan yang harusnya dipegang teguh oleh semua masyarakat Indonesia, dan juga menjunjung tinggi hak atau kebeasan beragama di Indonesia. Indonesia yang masyarakatnya plural, dibebaskan untuk beragama dan berkeyakinan selama tidak mengusik ketenangan pihak lain.
Tetapi apa yang terjadi, kelompok FPI menyerang masyarakat yang menuntut kebebasan beragama dan memegang teguh Pancasila. Wahai saudara, sebaiknya kita perlu menyadari bahwa FPI tidak berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dari Pancasila yang begitu rumit perjuangan untuk membangun sebuah landasan negara yang mengingat pluralitas bangsa ini, tetapi meyakini bahwa di Indonesia hanya ada satu Islam yang benar. Saya sebagai mahasiswa sangat kecewa dengan ormas Islam ini karena bagaimanapun kita perlu menghargai jasa pahlawan yang telah memikirkan negara ini hingga jauh ke depan, berusaha menyatukan segala perbedaan di negara ini, tetapi dengan sekejap diporak-porandakan dengan serangan FPI terhadap AKKBB.
Apakah mereka mengasihi sesama mereka yang beraliran Islam lain? Apakah demikian sekelompok Islam yang mengakui Islam sebagai agama yang baik. Islam yang baik tidak demikian adanya, pastilah ada ajaran kasih dan menghargai orang lain yang menganut kepercayaan berbeda. Saudara saja ajak kalian sebagai mahasiswa yang mampu berpikir jernih agar jangan sampai terlibat jauh pada hal-hal yang dipropagandakan oleh banyak pihak yang memiliki kepentingan egois, mau menang sendiri, menyandera pemerintah dan tidak mau memberikan kesempatan bagi mereka Muslim Ahmadiyah untuk membuktikan SKB Pemerintah dapat dilaksanakan dengan baik.
Saudaraku mahasiswa, jika kita melihat debat di televisi menegnai masalah ini, maka sikapilah dengan bijak mana yang benar dan mana yang salah. Ingat bahwa negara kita berlandaskan Pancasila, pedoman kita membangun bangsa, dan negara kita adalah negara yang berdasarkan hukum. Demokrasi bukan kekerasan, tetapi berpikir mencari solusi bersama demi mufakat. Dari rakyat , oleh rakyat, untuk rakyat. Bukan mengutamakan kepentingan pihak tertentu, namun dengan dalih agama, ras, dan suku bangsa. Mahasiswa mampu berpikir kritis, menggunakan ilmu untuk menjadi lebih bijaksana dalam bertindak dan bantulah orang lain yang benar, jatuhkan yang salah. Karena bagaimanapun kita harus berjuang untuk membangun negara ini ke arah yang lebih baik. Masa depan kita cerah, bila kita mampu meredam emosi dengan jalan yang lebih realistis dan berdasarkan fakta yang benar. Jujur, berbuat benar, bijaksana!! Kita perlu menjadi orang muda yang demikian.