INDONESIA BOBROK KARENA BOROK
Sebelum dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 1928, begitu banyak pemuda Indonesia yang berusaha “mengilmu” ke negri lain yang kualitas pendidikannya maju. Setelah kembali, begitu pesat kemajuan para pemuda ketika itu. Hasil belajar mereka tidak sia-sia, organisasi kepemudaan terus berkembang, menggugat penindasan yang dilakukan begitu lama oleh Belanda. Kebijakan Belanda untuk menjalankan Politik Etis yang bagi bangsa ini sangat dirasakan keberhasilannya ketika itu, berhasil menggulingkan penjajahan atas Indonesia, baik Belanda maupun Jepang kemudian hengkang dari Indonesia. Pendidikan, perjuangan, kesabaran, persatuan, tenggang rasa antar kawan yang sebangsa ini begitu dijunjung tinggi oleh para pendiri bangsa Indonesia.
Meski jalannya pemerintahan pertama Indonesia mengalami kegagalan untuk menyuburkan bangsa (baca: menyejahterakan), tetapi roda pemerintah bergulir ke tangan diktator baru yang memiliki program pembangunan bangsa yang terarah, meski kelemahannya adalah korupsi dan penggerogotan kekuasaan di berbagai daerah atas nama Bapak Presiden. Tahun 1998 pemerintahannya digulingkan melalui aliran darah pemuda Indonesia yang anti penindasan. Keberhasilan menjatuhkan Presiden diktator itu membuka harapan banyak orang yang sadar politik, tetapi malapetaka bagi rakyat kecil yang belum sadar politik.
Media dan pers membukakan mata seluruh tanah air ini dengan fakta-fakta yang dulu disimpan rapat oleh sang diktator. Rakyat sadar dan mulai menghujat mantan penguasa orde pembungkam itu habis-habisan, mereka sadar selama ini mereka ditipu. Kesejahteraan dan kemakmuran, pembangunan yang Jakarta Centris ini adalah kenikmatan yang membawa bencana. Bagaimana tidak? Dibalik segala kemegahan pembangunan, dan kemakmuran rakyat itulah tersimpan gunung hutang yang siap meletus membawa sengasara rakyat. Dan ini kita nikmati saat ini, pahit, seperti menelan empedu ular.
Kini tidak banyak ditemui lagi orang sejahtera, tetapi banyak kita temui kematian akibat masalah ekonomi. Media memberitakannya secara gamblang, saking tidak sejahteranya sifat warisan VOC dan Orde Baru berkembang lebih dahsyat lagi! Apa itu? Tentu saja KORUPSI!
Begitu vulgarnya tindakan korupsi itu hingga menular dengan mudah ke berbagai lapisan masyarakat. Bangsa ini semakin hari semakin tidak punya malu, kejujuran, tenggang rasa sudah tidak diperdulikan lagi. Semua acuh memikirkan orang lain yang disekitarnya menderita, hendak mati dengan cara mengerikan. Tetapi semua kini mencari berbagai macam keuntungan bagi dirinya sendiri, keluarganya.
Pejabat tinggi negara bahkan melakukan free sex, mereka itu berumur tapi tidak punya malu pada generasi muda, tidak mengajarkan yang baik, tetapi kejelekan yang adalah borok ditunjukkan sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa bangsa ini menjadi bobrok. Borok yang lain tadi adalah korupsi, begitu menggilanya korupsi hingga penegak hukum pun mencicipi kenikmatan bermain uang secara sembunyi-sembunyi, menjual harga diri.
Sekarang ini tidak muda tidak tua, sudah tidak punya urat malu, seperti borok yang berbau. Negri ini pun demikian bau borok tercium ke negara tetangga bahkan ke berbagai belahan dunia. Kapan kebobrokan ini akan berakhir? Apakah pemuda kini menyadari hal itu, dan apa yang akan kami lakukan sebagai pemuda penerus bangsa? Saya begitu berharap negara ini kembali baik, moralitas membaik, dan adanya kesadaran masyarakat untuk kembali ke jalan benar, akan datang kesejahteraan bagi bangsa ini jika kita berusaha, bersabar, dan berbuat adil untuk sesama. SEMOGA!
Sebelum dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 1928, begitu banyak pemuda Indonesia yang berusaha “mengilmu” ke negri lain yang kualitas pendidikannya maju. Setelah kembali, begitu pesat kemajuan para pemuda ketika itu. Hasil belajar mereka tidak sia-sia, organisasi kepemudaan terus berkembang, menggugat penindasan yang dilakukan begitu lama oleh Belanda. Kebijakan Belanda untuk menjalankan Politik Etis yang bagi bangsa ini sangat dirasakan keberhasilannya ketika itu, berhasil menggulingkan penjajahan atas Indonesia, baik Belanda maupun Jepang kemudian hengkang dari Indonesia. Pendidikan, perjuangan, kesabaran, persatuan, tenggang rasa antar kawan yang sebangsa ini begitu dijunjung tinggi oleh para pendiri bangsa Indonesia.
Meski jalannya pemerintahan pertama Indonesia mengalami kegagalan untuk menyuburkan bangsa (baca: menyejahterakan), tetapi roda pemerintah bergulir ke tangan diktator baru yang memiliki program pembangunan bangsa yang terarah, meski kelemahannya adalah korupsi dan penggerogotan kekuasaan di berbagai daerah atas nama Bapak Presiden. Tahun 1998 pemerintahannya digulingkan melalui aliran darah pemuda Indonesia yang anti penindasan. Keberhasilan menjatuhkan Presiden diktator itu membuka harapan banyak orang yang sadar politik, tetapi malapetaka bagi rakyat kecil yang belum sadar politik.
Media dan pers membukakan mata seluruh tanah air ini dengan fakta-fakta yang dulu disimpan rapat oleh sang diktator. Rakyat sadar dan mulai menghujat mantan penguasa orde pembungkam itu habis-habisan, mereka sadar selama ini mereka ditipu. Kesejahteraan dan kemakmuran, pembangunan yang Jakarta Centris ini adalah kenikmatan yang membawa bencana. Bagaimana tidak? Dibalik segala kemegahan pembangunan, dan kemakmuran rakyat itulah tersimpan gunung hutang yang siap meletus membawa sengasara rakyat. Dan ini kita nikmati saat ini, pahit, seperti menelan empedu ular.
Kini tidak banyak ditemui lagi orang sejahtera, tetapi banyak kita temui kematian akibat masalah ekonomi. Media memberitakannya secara gamblang, saking tidak sejahteranya sifat warisan VOC dan Orde Baru berkembang lebih dahsyat lagi! Apa itu? Tentu saja KORUPSI!
Begitu vulgarnya tindakan korupsi itu hingga menular dengan mudah ke berbagai lapisan masyarakat. Bangsa ini semakin hari semakin tidak punya malu, kejujuran, tenggang rasa sudah tidak diperdulikan lagi. Semua acuh memikirkan orang lain yang disekitarnya menderita, hendak mati dengan cara mengerikan. Tetapi semua kini mencari berbagai macam keuntungan bagi dirinya sendiri, keluarganya.
Pejabat tinggi negara bahkan melakukan free sex, mereka itu berumur tapi tidak punya malu pada generasi muda, tidak mengajarkan yang baik, tetapi kejelekan yang adalah borok ditunjukkan sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa bangsa ini menjadi bobrok. Borok yang lain tadi adalah korupsi, begitu menggilanya korupsi hingga penegak hukum pun mencicipi kenikmatan bermain uang secara sembunyi-sembunyi, menjual harga diri.
Sekarang ini tidak muda tidak tua, sudah tidak punya urat malu, seperti borok yang berbau. Negri ini pun demikian bau borok tercium ke negara tetangga bahkan ke berbagai belahan dunia. Kapan kebobrokan ini akan berakhir? Apakah pemuda kini menyadari hal itu, dan apa yang akan kami lakukan sebagai pemuda penerus bangsa? Saya begitu berharap negara ini kembali baik, moralitas membaik, dan adanya kesadaran masyarakat untuk kembali ke jalan benar, akan datang kesejahteraan bagi bangsa ini jika kita berusaha, bersabar, dan berbuat adil untuk sesama. SEMOGA!